Tradisi Nyambungan Adat Sunda
Apa yang telintas dipikiran kalian saat mendengar kata nyambungan? tentu kita berpikir tentang menyambung tali yang putus, atau hal lain yang telah putus lalu disambung lagi (termasuk hubungan dengan doi, wkwk).
Pada dasarnya, nyambungan memang berasal dari kata sambung, yang kalau dalam KBBI artinya hubungkan. Jadi menghubungkan seperti apa maksudnya nih? Yang jelas yang ingin saya sampaikan bukan menghubungakan tali tambang yang putus yaa...
Oke, dalam tradisi sunda ada yang namanya nyambungan. Nyambungan adalah tradisi yang dilakukan untuk menyambung silaturahmi antara kita sebagai tamu dengan si pemilik hajatan (Shohibul hajat. Logat sunda menyebutnya saebul hajat). Nyambungan ini dilakukan saat acara hajatan. Seperti hajatan nikahan, khitanan, gusaran, akikahan, peringatan kematian, dan lain-lain.
Saat acara berlangsung, para kerabat maupun tetangga akan datang ke rumah orang yang hajatan membawa baskom yang berisi beras, dan tutumpang yang diletakkan diatas beras. Lalu baskom tersebut dibuntel (dibungkus) taplak meja seperti digambar.
Tutumpang yang dibawa bisa bervariasi, tergantung kedekatan antara tamu dan shohibul hajat. Kalau hanya tetangga biasa, tutumpangnya biasanya berupa roti pak-an, mie instan, mie kuning, bihun, atau setoples besar opak ketan/rengginang. Tapi kalau hubungannya sangat dekat, saudara misalnya. Tutumpangnya bisa berupa sekarpet telur, seekor ayam atau lebih, bahkan bisa berupa seekor kambing (tapi dibawa terpisah ya, enggak diatas beras).
Setelah sampai di tempat hajatan, kemudian tamu akan dijamu oleh tuan rumah. Saat itu juga, sibaskom tadi akan diisi dengan nasi, urap dan lauk, dan lalawuh (snack tradisional). Lalu dibungkus taplak lagi, kemudian dibawa pulang oleh pemilik baskom.
“ Rugi dong ngasih ayam, belum tentu orang itu ngasih ayam balik ke kita” Mungkin kita akan berpikir demikan. Eitts enggak gitu jalan ceritanya. Jadi kalau di desa saya sendiri, apa yang kita berikan aka kembali pada kita (meskipun gak semua sih). Saat kalian nyambungan membawa seekor ayam, akan ada muda-mudi yang menerima baskom dan mencatatnya dalam buku. Si A, alamatnya di dusun apa, membawa sekarpet telur dan seekor ayam. Nantinya buku itu diserahkan pada shohibul hajat untuk digunakan sebagai pengingat. Jadi nanti saat kalian hajatan orang tadi akan membawa tutumpang yang sama seperti saat kalian nyambungan.
Komentar
Posting Komentar